Sebenarnya Allah
Sayang Kita
Ramai di antara kita merasa
kecewa dan berputus asa apabila ditimpah musibah. Kita selalu pendek akal dan
mudah saja membuat kesimpulan. Salah itulah, salah inilah. Ada sahaja kesalahan
direka-reka untuk menyalahkan diri sendiri seolah-olah Allah SWT tidak
mengampuni kita. Bahkan ada juga manusia sanggup melabelkan dirinya sebagai
ahli maksiat dan ahli neraka. ‘Lebih baik
aku mati saja. Biarlah aku dalam kemaksiatan ini.’
Pemikiran inilah yang akan
berlaku sekiranya kehidupan kita terlalu jauh dengan Allah SWT. Kita tidak
mengenal siapa Allah SWT? Kita tidak tahu bahawa rahmat dan kasih sayang Allah
SWT itu sangat luas. Bahkan Allah SWT menjanjikan kita sebagai Sang Pendosa
agar jangan berputus harap dengan timbunan dosa yang telah kita lakukan. Namun,
kita melupakan semuanya.
‘Allah SWT bukan lagi menjadi pelindung utama kita. Allah SWT bukan
lagi tempat kita meminta pertolongan. Allah SWT bukan lagi sumber kekuatan
kita. Allah SWT seolah-olah tidak wujud lagi dalam politik kehidupan kita.’
Jadi, di mana Allah SWT kita letakkan
dalam sisi kehidupan ini?
Sedarkah kita. Saat diri kita
bergelumang dengan dosa yang tidak terkira banyaknya. Saat kita berputus asa
dengan perilaku dosa yang telah kita lakukan. Namun, Allah SWT sentiasa membuka
pintu taubat buat kita.
Ya, buat kita Sang Pendosa.
Allah SWT sentiasa membentangkan
rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka yang dikehendaki. Yakni kepada mereka
yang bersungguh-sungguh mencari jalan pulang menuju keredhaan-Nya.
Sahabatku, sebenarnya Allah SWT
sayangkan kita.
Sebagaimana firman-Nya
“Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[Surah Az-Zumar 39:53]
Jelas di sini bahawa Allah SWT
tidak seperti yang kita sangkakan. Allah SWT sayang kita sebenarnya. Namun,
kitalah selalu menyalahkan dan melemahkan diri sendiri. Kita hanya tahu menuduh
diri kita sebagai pendosa. Proaktif mencipta alasan agar taubat
ditangguh-tangguhkan.
Kita juga selalu membenarkan
bisikkan-bisikkan syaitan mempengaruhi kita agar kita semakin jauh daripada
Allah SWT. Syaitan bukan lagi menjadi musuh kita, bahkan menjadi teman pemikir
seharian kita. Sedangkan Allah SWT telah merakamkan dengan jelas bahawa syaitan
itu musuh nyata bagi kita
.
Allah SWT berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
[Surah
Al-Baqarah 2: 208]
Ayat lain turut menyatakan hal yang sama mengenai syaitan
musuh bagi kita.
Allah SWT berfirman;
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”
[Surah Faathir 35:6]
Semua perilaku dosa yang kita
lakukan sebenarnya rancangan syaitan ke atas diri kita. Syaitan tidak akan
pernah berhenti mencipta langkah agar kita menjauhi Allah SWT.
Sahabat, sekarang bukan lagi masa
untuk kita menyalahkan diri dan orang lain. Dosa tetap dosa. Selagi nyawa
dikandung badan, kehidupan ini mesti diteruskan. Gunakalah masa yang ada untuk
mencari jalan pulang kepada-Nya.
Jangan berlengah lagi!
Kenali diri kita
Sahabat, sudahkah kita mengenali
diri ini? Cintakah kita dengan diri kita? kalau ya. Siapa diri kita? Apa
matlamat hidup kita? Ke mana kita selepas mati? Siapa yang menciptakan dan
mematikan kita?
Persoalan sedemikian akan
membongkar rahsia mengapa kita dilahirkan di atas muka bumi ini. Sebenarnya
kita adalah hamba Allah SWT. Matlamat hidup kita hanya satu iaitu menyeruh kita
agar hanya beribadah kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman;
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”
[Surah
Adz-Dzaariyat 51:56]
Selepas kehidupan di dunia ini,
kita akan menempuh dunia akhirat yang kekal selama-lamanya. Di sana nanti kita
akan ditempatkan sama ada di Syurga mahupun di Neraka. Allah SWT sebenarnya
yang menciptakan dan mematikan kita.
Sahabat, jika kita gagal
mengetahui tujuan hidup kita. Maka, seluruh usia hidup kita akan diisi dengan
perkara-perkara yang Allah SWT larang. Kita semakin hilang pergantungan kepada
Allah SWT. Allah SWT seolah-olah tidak wujud bagi kita.
Semua itu ujian
Kehidupan ini adalah ujian. Ujian
kebaikan dan keburukan itu semua daripada Allah SWT. Kenapa Allah SWT menguji
kita?
Jawabnya kerana Allah SWT mahu melihat
kita sama kita ini benar-benar beriman kepada-Nya atau kita ini hanya seorang
pendusta.
Allah SWT berfirman;
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.”
[Surah Al-Ankabut 29:2-3]
Sahabat, segala dosa yang telah
kita lakukan itu anggaplah ia sebagai ujian daripada Allah SWT. Yakinilah,
Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa itu dengan syarat kita benar-benar ikhlas
dan bersungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya.
Bersyukurlah kerana
kita masih ada
Bila kita bersyukur dengan
nikmat-Nya dan bersabar dengan musibah yang diberikan oleh-Nya. Sebenarnya itu
adalah petanda bahawa kita berjaya memaknai ujian-Nya dengan iman yang sihat.
Dengan itu, pertolongan Allah SWT itu dekat. Maka, jadilah di antara
orang-orang yang beruntung.
Namun, bila kita gagal memaknai
ujian itu dengan iman yang sihat. Maka, kita menjadikan musibah itu sebagai
beban hidup dan menyebabkan kita semakin jauh daripada mengingati Allah SWT.
Akhirnya, jadilah kita di antara orang-orang yang merugi.
Allah SWT berfirman
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
[Surah Asy-Syams 91:8-10]
Sahabat, bersyukurlah kerana kita
masa ada. Hentikanlah segala kisah hitam dalam kamus kehidupan kita. Marilah
kita bersama-sama memilih jalan ketakwaan agar menjadi orang-orang beruntung.
Ya, kita adalah orang-orang yang
beruntung kerana kita memilih jalan ketakwaan sebagai bahterah kehidupan kita.
Dengannya, kita akan sampai di
pelabuhan syurga bersama-sama penumpang bahterah ketakwaan lainnya.
Itulah destinasi terakhir bagi
orang-orang yang bersyukur, beriman dan bertakwa kepada-Nya.
Wallahu'alam..
Karya Asli: Hadi Muslim
Hak Cipta Terpelihara
11/03/13 (6.00am) UMS Kota Kinabalu, Sabah.